Profil Desa Wonodadi
Ketahui informasi secara rinci Desa Wonodadi mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Wonodadi di Kecamatan Buayan, Kebumen, merupakan wilayah agraris dinamis yang unggul dalam pertanian padi dan peternakan entok. Didukung infrastruktur memadai dan BUMDes aktif, desa ini terus berkembang menjadi sentra ekonomi yang potensial.
-
Lumbung Pangan dan Pertanian
Mayoritas wilayahnya ialah lahan sawah irigasi teknis yang produktif, menjadikan Wonodadi salah satu penopang ketahanan pangan di Kecamatan Buayan.
-
Sentra Peternakan Entok
Desa ini dikenal luas sebagai pusat pengembangan peternakan entok, yang menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan dan sumber pendapatan utama bagi banyak keluarga.
-
Potensi Agrowisata dan Ekonomi Kreatif
Adanya potensi gula semut yang telah diekspor dan inisiasi pengembangan alpukat membuka peluang besar bagi Wonodadi untuk mengembangkan sektor agrowisata dan ekonomi kreatif berbasis komoditas lokal.

Desa Wonodadi, yang terletak strategis di Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menampilkan profil sebagai sebuah wilayah perdesaan yang tangguh dan penuh potensi. Dikenal sebagai salah satu lumbung padi dan pusat utama peternakan entok di kawasan tersebut, Wonodadi secara konsisten menunjukkan perannya sebagai pilar penting dalam struktur ekonomi dan sosial masyarakat Kecamatan Buayan. Dengan dukungan tata kelola pemerintahan yang progresif dan partisipasi aktif warganya, desa ini terus bergerak maju, mengoptimalkan sumber daya alam dan manusianya untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan.
Geografi, Demografi dan Struktur Wilayah
Desa Wonodadi secara geografis berada di bagian barat Kabupaten Kebumen. Wilayahnya memiliki luas sekitar 4,93 kilometer persegi atau 493 hektar. Topografi desa ini cukup beragam, mencakup dataran rendah yang didominasi oleh lahan persawahan subur serta sebagian area perbukitan kapur di ketinggian rata-rata 300 meter di atas permukaan laut. Komposisi lahannya terdiri atas sekitar 90% tanah kering dan 10% merupakan lahan sawah dengan sistem irigasi teknis yang menjamin pasokan air sepanjang tahun.
Secara administratif, Desa Wonodadi berbatasan langsung dengan beberapa desa lain yang turut menyokong dinamika sosial dan ekonomi kawasan. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Rogodono. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Geblug dan Desa Rangkah. Di sisi selatan, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Buayan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Watukelir serta Desa Argosari.
Berdasarkan data kependudukan terakhir yang tersedia, jumlah penduduk Desa Wonodadi mencapai sekitar 2.281 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 463 jiwa per kilometer persegi. Populasi ini tersebar di beberapa dusun atau pedukuhan yang menjadi pusat pemukiman dan aktivitas warga. Struktur demografi ini menjadi modal sosial yang kuat dalam pelaksanaan program pembangunan dan kegiatan kemasyarakatan.
Sejarah Singkat dan Tata Kelola Pemerintahan
Menurut catatan sejarah lokal, nama "Wonodadi" berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yakni "Wono" yang berarti hutan dan "Dadi" yang bermakna menjadi atau jadi. Nama ini merefleksikan asal-usul desa yang dulunya merupakan kawasan hutan yang kemudian dibuka dan berkembang menjadi sebuah pemukiman yang maju. Sejarah pembentukannya juga mencakup penggabungan dua desa kuno yang dipimpin oleh tokoh lokal, menunjukkan adanya proses konsolidasi wilayah sejak masa lampau.
Saat ini, roda pemerintahan Desa Wonodadi dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkat desa yang bekerja di Balai Desa Wonodadi. Struktur pemerintahan desa didukung oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawas jalannya pemerintahan. Visi pembangunan desa yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) berfokus pada pemerataan pembangunan, peningkatan kualitas pelayanan publik, serta pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.
Pemerintah Desa Wonodadi aktif dalam mengelola program pembangunan, baik yang bersumber dari Dana Desa, Alokasi Dana Desa (ADD), maupun sumber pendanaan lainnya. Berdasarkan informasi dari portal resmi Kecamatan Buayan, Desa Wonodadi secara rutin melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa untuk pembangunan infrastruktur fisik, menunjukkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran. Komunikasi yang sinergis antara pemerintah desa, BPD, dan lembaga kemasyarakatan desa menjadi kunci keberhasilan berbagai program yang telah dan akan dilaksanakan.
Perekonomian Desa: Lumbung Pangan dan Sentra Entok Kebumen
Sektor ekonomi Desa Wonodadi ditopang oleh dua pilar utama: pertanian dan peternakan. Lahan persawahan yang luas dan subur menjadikan desa ini sebagai salah satu produsen padi utama di Kecamatan Buayan. Para petani setempat telah mengadopsi praktik pertanian modern, mulai dari pemilihan bibit unggul, pemupukan berimbang, hingga manajemen pascapanen. Hasil panen padi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, tetapi juga dipasarkan ke berbagai wilayah di Kabupaten Kebumen.
Keunggulan kompetitif utama yang dimiliki Desa Wonodadi ialah sektor peternakan, khususnya budidaya entok (Mentok/Cairina moschata). Desa ini telah lama dikenal sebagai "Sentra Entok" di Kebumen. Hampir setiap rumah tangga memiliki ternak entok, baik dalam skala kecil sebagai usaha sampingan maupun skala menengah sebagai sumber pendapatan utama. Peternakan entok di Wonodadi bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan juga bagian dari budaya dan kearifan lokal. Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging dan telur entok membuat usaha ini sangat prospektif dan mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan secara signifikan.
Untuk mendukung geliat ekonomi tersebut, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wonodadi memainkan peran strategis. BUMDes tidak hanya berfungsi sebagai unit usaha, tetapi juga sebagai fasilitator bagi para pelaku usaha lokal. Berdasarkan dokumen perencanaan kawasan perdesaan Kabupaten Kebumen, BUMDes Wonodadi diarahkan untuk terlibat dalam hilirisasi produk unggulan. Salah satu potensi yang dikembangkan selain peternakan yaitu pengolahan gula semut (gula aren cetak). BUMDes Wonodadi berperan sebagai pengepul akhir dan berencana mengembangkan unit pengolahan dengan oven standar ekspor untuk meningkatkan nilai jual produk. Langkah ini menunjukkan visi ekonomi yang jauh ke depan, dari sekadar produsen bahan mentah menjadi produsen barang jadi yang siap bersaing di pasar yang lebih luas.
Infrastruktur, Sosial, dan Budaya
Pembangunan infrastruktur dasar di Desa Wonodadi terus mengalami kemajuan. Akses jalan desa dan jalan lingkungan sebagian besar telah dalam kondisi baik dan beraspal, mempermudah mobilitas warga serta kelancaran distribusi hasil pertanian dan peternakan. Ketersediaan listrik dari PLN telah menjangkau seluruh wilayah desa, mendukung aktivitas rumah tangga dan kegiatan ekonomi produktif.
Di sektor pendidikan, Desa Wonodadi memiliki sarana yang cukup memadai untuk tingkat dasar. Terdapat lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), dan Sekolah Dasar (SD Negeri Wonodadi) yang menjadi pusat pendidikan bagi anak-anak di desa tersebut. Keberadaan fasilitas ini memastikan generasi penerus mendapatkan akses pendidikan yang layak tanpa harus menempuh jarak yang jauh.
Dalam bidang kesehatan, layanan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) aktif diselenggarakan secara rutin di setiap dusun. Kegiatan ini menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, pemantauan gizi balita, dan program imunisasi. Untuk layanan kesehatan yang lebih komprehensif, warga dapat mengakses Puskesmas Kecamatan Buayan yang lokasinya relatif terjangkau.Kehidupan sosial dan keagamaan di Wonodadi berjalan harmonis. Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, yang ditandai dengan keberadaan masjid dan musala sebagai pusat kegiatan ibadah dan sosial. Desa ini juga ditetapkan sebagai "Kampung Pancasila", sebuah inisiatif yang digagas bersama aparat kewilayahan untuk memperkuat nilai-nilai toleransi, gotong royong, dan kerukunan antarwarga tanpa memandang suku, ras, maupun golongan. Semangat gotong royong ini sering terlihat dalam berbagai kegiatan, seperti kerja bakti membersihkan lingkungan dan pembangunan fasilitas umum.
Arah Pengembangan dan Potensi Masa Depan
Menatap ke depan, Desa Wonodadi memiliki prospek yang cerah dengan berbagai potensi yang masih dapat dioptimalkan. Pemerintah desa bersama masyarakat terus berupaya melakukan diversifikasi ekonomi agar tidak hanya bergantung pada sektor pertanian dan peternakan entok. Salah satu inisiatif terbaru yaitu pengembangan budidaya alpukat. Pada tahun 2021, Kecamatan Buayan, termasuk Desa Wonodadi, dicanangkan sebagai sentra buah alpukat Kebumen. Program ini sejalan dengan gerakan "Nandur Wit Nggo Anak Putu" (Menanam Pohon untuk Anak Cucu) yang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen, yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan ekonomi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.
Potensi agrowisata menjadi peluang lain yang sangat mungkin untuk dikembangkan. Konsep wisata edukasi berbasis peternakan entok, perkebunan alpukat, dan proses pembuatan gula semut dapat menjadi daya tarik unik bagi wisatawan. Pengunjung dapat melihat langsung proses budidaya, belajar dari para peternak dan petani, serta membeli produk olahan langsung dari sumbernya. Pengembangan ini, jika dikelola secara profesional melalui BUMDes atau kelompok sadar wisata (Pokdarwis), dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan asli desa (PADes).
Dengan fondasi sosial yang kuat, sumber daya alam yang melimpah, dan pemerintahan yang visioner, Desa Wonodadi berada di jalur yang tepat untuk menjadi desa yang lebih maju, mandiri, dan sejahtera. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat akan menjadi kunci untuk membuka seluruh potensi yang tersembunyi dan menjadikan Wonodadi sebagai contoh sukses pembangunan perdesaan di Kabupaten Kebumen.